Jumat, 19 Desember 2014

panembahan desa losari kabupaten brebes

PANEMBAHAN LOSARI

kereta kencana
         Berdasarkan serat keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat, Panembahan Losari, atau Pangeran Angkawijaya-yang makamnya berada di pemakaman Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, adalah merupakan cucu Sunan Gunung Jati. Panembahan Losari adalah anak dari perkawinan pasangan Ratu Wanawati ( Cirebon ) dengan anak keturunan Raja Demak, Pangeran Dipati Carbon.
Panembahan Losari, diyakini selain sebagai ahli agama, juga mempunyai keahlian lain di bidang seni. Konon motif batik corak Mega Mendung, corak Gringsing adalah hasil dari buah kreasinya. Hasil kreasi lainnya menciptakan Kereta Kencana yang kini tersimpan di Kasultanan Kasepuhan Cirebon. Selain itu dia diyakini juga merupkan pencipta Kesenian fenomenal asal Losari yakni Tari Topeng yang biasa dipentaskan oleh (Alm) Nyai Sawitri Maestro Tari Topeng Losari Cirebon.
” Pangeran Angkawijaya merupakan keturunan kasunan Cirebon, yang menyingkir ke Desa Losari dengan tujuan mengembangkan bakat-nya dibidang kreasi kesenian,” ujar Umarno, Ketua sekertariat Makam Panembahan Losari memberikan prolog saat membuka acara GOTRASAWALA 2014 ( Munsyawarah Keluarga), Kamis (23/1).
nani topeng
Menurut Umarno, acara GOTRASAWALA 2014 yang diadakan di tempat alun-alun (Dalem Pesarehan / Makam Angkawjiya) menampilkan berbagai bentuk kegiatan, seperti seminar sejarah dengan tema “ Kiprah Panembahan Losari (Angkawijaya) Dalam Mendirikan Caruban Nagari”.
Pameran Kereta Kencana Singa Barong hasil kreasi Pangeran Angkawijaya, yang sengaja didatangkan dari Kasultanan Cirebon, Kreasi Kuda lumping, pameran barang pusaka seperti keris peninggalan Panembahan Losari, serta pertunjukan Tari Topeng yang dipentaskan oleh cucu Maestro Tari Topeng Losari Sawitri, bernama Nani.
Sebagai pelaku pementasan tari Topeng, Nani seusai melaksanakan pertunjukannya kepada pada hadirin menuturkan, meski dia sudah ratusan kali mementaskan Tari topengnya, namun baru kali ini, setelah melakukan pementasan di dalem Makam Angkawijaya terasa ada suasana magis yang menyertainya.
” Saya juga tidak tahu, kenapa sepertinya ada energi lain yang menyertai saat mementaskan Tari Topengnya,” ujar Nani usai membawakan gerak Tari Topengnya.
Nani meyakini hal ini, karena dirinya mementaskannya dekat dengan tempat Panembahan Losari sebagai pencipta Topeng yang sebagian dimiliki beserta gerak tarinya.
Seperti diceritakan dalam Babad Tanah Losari – Yang diambil dari Kisah Babad Tanah Cirebon ( Kitab Purwaka Caruban ) menyebutkan, Pangeran Angkawijaya menepi dari kehidupan Keraton karena tidak ingin terkungkung dengan sistem kehidupan Kerajaan yang serba gemerlap. Selain itu juga penyingkiran dari istana kasultanan karena adanya konflik Internal soal perjodohan antara dirinya dengan kakaknya yakni Panembahan Ratu.
Saat itu Panembahan Ratu yang termasuk kakak Angkawijaya hendak menikahi Putri dari Raja Pajang yakni Nyai Mas Gamblok. Secara harafiah putri Gamblok lebih naksir sama Panembahan Losari (Angkawijaya), namun karena urutan usia, Panembahan Ratu yang lebih tua menyatakan berhak mengawini Nyai Mas gamblok.
Dari pada hal yang tidak dinginkan terjadi, pangeran Panembahan Losari ( Angkawijaya) lalu pergi ke arah Timur dari tanah Cirebon hingga menetap di daerah pedukuhan pinggir sungai Cisanggarung yang akhirnya dinamakan Losari.
” Pangeran Angkawijaya ke daerah Losari dan menjadi seorang Asksetis ( bertapa dalam sunyi ) meninggalakan gemerlapnya dunia Keraton Cirebon, ke daerah Losari hingga meninggalnya,” ujar Sejarahwan Brebes Widjnarto SPd, yang juga Kasi Kebudayaan di Dinas Pariwisata Kabupaten Brebes.
Kepergian Angkawijaya dari Keraton Cirebon karena di picu konflik Internal Keraton yang juga menimpa Keraton-keraton lain di Jawa. Jadi hal ini wajar. Namun oleh, Panembahan Losari ( Angkawijaya ) dirinya lebih mengalah untuk pergi mencari jatidiri menjauhi kehidupan Keraton, tambah Widjanarto.
Pangeran Angkawijaya tercatat meninggal pada tahun 1580 dan dimakamkan di desa Losari Lor, Kecamatan Losari Kabupaten Brebes.
Sementara itu, Ketua Panitia Penyelenggara GOTRASAWALA Umarno mengungkapkan, acara ini merupakan acara Khaul rutin bersamaan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW berikut Sedekah Bumi. Namun pada tahun 1980-an kegiatan rutin tersebut dihadiri oleh pihak Kasultanan Cirebon yang di wakili Pangeran Sulendaningrat, dan oleh beliau setiap acara Khaul panitia diberi mandat untuk membacakan silsilah Panembahan Losari.
Untuk puncak acara GOTRASAWALA, 2014 rencananya besok Sabtu (25/1) akan juga diadakan kirab budaya yang akan dihadiri Bupati Brebes Idza Priyanti SE. Kirab akan mengarak Kereta Kencana yang sengaja di datangkan dari Keraton Kasepuhan Cirebon, berupa Kereta Singa Barong, buah karya cipta Panembahan Losari atau dikenal juga Pangeran Angkawijaya.
Rute kirab yakni dari tempat Pesarehan atau Makam Angkawijaya desa Losari Lor, ke arah selatan jalan Pantura dan berbelok ke Utara desa Kecipir dan pulang kembali ke Dalem Pesarehan Makam Panembahan Losari.

sejarah brebes

SEJARAH KABUPATEN BREBES JATENG

SEJARAH
Ada beberapa pendapat mengenai asal - usul nama Brebes yang di antaranya berasal dari kata di antaranya Brebes berasal dari kata "Bara" dan "Basah", bara berarti hamparan tanah luas dan basah berarti banyak mengandung air. Keduanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang merupakan dataran luas yang berair.Karena perkataan bara di ucapkan bere sedangkan basah di ucapkan besah maka untuk mudahnya di ucapkan Brebes. Dalam Bahasa Jawa perkataan Brebes atau mrebes berarti tansah metu banyune yang berarti selalu keluar airnya.
Nama Brebes muncul sejak zaman Mataram. Kota ini berderet dengan kota-kota tepi pantai lainnya seperti Pekalongan, Pemalang, dan Tegal. Brebes pada saat itu merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tegal.

Pada tanggal 17 Januari 1678 di Jepara diadakan pertemuan Adipati Kerajaan Mataram se Jawa Tengah, termasuk Arya Martalaya, Adipati Tegal dan Arya Martapura, Adipati Jepara. Karena tidak setuju dengan acara penandatanganan naskah kerjasama antara Amangkurat Admiral dengan Belanda terutama dalam menumpas pemberontakan Trunajaya dengan imbalan tanah-tanah milik Kerajaan Mataram, maka terjadi perang tanding antara kedua adipati tersebut. Peristiwa berdarah ini merupakan awal mula terjadinya Kabupaten Brebes dengan Bupati berwenang .Sehari setelah peristiwa berdarah tersebut yaitu tanggal 18 Januari 1678, Sri Amangkurat II yang berada di Jepara mengangkat beberapa Adipati/ Bupati sebagai pengagganti Adipati-adipati yang gugur. Untuk kabupaten Brebes di jadikan kabupaten mandiri dengan adipati Arya Suralaya yang merupakan adik dari Arya Martalaya. Pengangkatan Arya Suralaya sekaligus titimangsa pemecahan Kadipaten Tegal menjadi dua bagian yaitu Timur tetap di sebut Kadipaten Tegal dan bagian barat di sebut Kabupaten Brebes.

GEOGRAFIS
Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah, di antara koordinat 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92" Bujur Timur dan 6° 44'56'5" - 7° 20'51,48 Lintang Selatan dan berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Penduduk Kabupaten Brebes mayoritas menggunakan bahasa Jawa yang yang mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain, biasanya disebut dengan Bahasa Jawa Brebes. Namun terdapat Kenyataan pula bahwa sebagian penduduk Kabupaten Brebes juga bertutur dalam bahasa Sunda dan banyak nama tempat yang dinamai dengan bahasa Sunda menunjukan bahwa pada masa lalu wilayah ini adalah bagian dari wilayah Sunda. Daerah yang masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa Sunda atau biasa disebut dengan Bahasa Sunda Brebes, adalah meliputi Kecamatan Salem,Banjarharjo,dan Bantarkawung, dan sebagian lagi ada di beberapa desa di Kecamatan Losari,Tanjung,Kersana,Ketanggungan dan Larangan.
Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627, batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali (sekarang disebut sebagai Kali Brebes atau Kali Pemali yang melintasi pusat kota Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.
Ibukota kabupaten Brebes terletak di bagian timur laut wilayah kabupaten. Kota Brebes bersebelahan dengan Kota Tegal, sehingga kedua kota ini dapat dikatakan "menyatu".
Brebes merupakan kabupaten yang cukup luas di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang), sedangkan bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet.
Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya.
Utara Laut Jawa
Selatan Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas
Barat Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan (Jawa Barat)
Timur Kabupaten Tegal, Kota Tegal

















































































































































































































































































































































































































































































































































KARAKTERISTIK WILAYAH PANTAI

Pantai - pantai di Kabupaten Brebes merupakan tempat bermuaranya sungai besar dan kecil, yang menyebabkan daerah pantainya makin bertambah ke arah laut (prograding).Pantai di Brebes dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis pantai, yaitu: pantai delta ( Delta Losari dan Pemali), pantai teluk ( Teluk Bangsri ) dan pantai lurus ( Randusanga ). Berdasarkan tingkat perkembangan atau penambahan daerah pantainya, pantai delta mengalami perubahan paling dinamis, diikuti oleh pantai teluk kemudian oleh pantai lurus.
Pembagian zonasi pantai terdiri dari bagian barat mulai dari Losari ( Prapag Kidul dan Prapag Lor ), Teluk Bangsri sampai dengan sekitar muara sungai Nippon (Desa Sawojajar dan Kaliwlingi) baik untuk pengembangan konservasi tanaman bakau ( mangrove ) yang dapat berfungsi untuk pemulihan daya dukung lingkungan, sedangkan wilayah pantai bagian timur mulai sebelah timur sungai kamal sampai dengan Pantai Randusanga Kulon sangat baik untuk dikembangkan menjadi Kawasan Pelabuhan Antarpulau maupun Kawasan Pariwisata Pantai.
Perairan daerah pantai bagian barat relatif dangkal, untuk mencapai kedalaman laut 5 meter berjarak lebih kurang 2.25 km dari garis pantai, sedang di perairan bagian timur, kedalaman laut 5 meter, berjarak lebih kurang 1,4 km. Makin kearah lepas pantai kedalaman laut berubah secara gradual ( morfologi dasar lautnya landai ) dengan pola garis kontur tidak lagi mengikuti bentuk garis pantainya.
Wilayah pesisir pantai Kabupaten Brebes yang mempunyai panjang pantai ± 72,93 KM yang meliputi 14 desa di 5 kecamatan memiliki potensi yang tak ternilai bagi masyarakat. Perairan pantai tidak saja menjadi sumber pangan yang produktif, tetapi juga sebagai gudang mineral, alur pelayaran, tempat rekreasi dan juga sebagai tangki pencerna bahan buangan hasil kegiatan manusia. Besarnya sumber alam yang terkandung di dalamnya, hayati maupun non hayati serta aneka kegunaan yang bersifat ganda merupakan bukti yang tidak dapat disangkal, bahkan menjadi tumpuan harapan manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat di masa mendatang.

NAMA-NAMA SUNGAI

Sebagai daerah yang mempunyai wilayah cukup luas yang terdiri dari pegunungan dan wilayah pantai, terdapat sungai-sungai yang mempunyai arus cukup deras terutama saat musim hujan. Aliran sungai yang melintas pada umumnya membentang dari arah dataran tinggi di wilayah selatan (daerah hulu), ke dataran rendah di wilayah utara ( daerah hilir ) menuju ke Laut Jawa yaitu :
  1. Sungai Kaligangsa
  2. Sungai Pemali
  3. Sungai Balaikambang
  4. Sungai Luwungmalang
  5. Sungai Bangsri
  6. Sungai Pakijangan
  7. Sungai Kluwut
  8. Sungai Babakan
  9. Sungai Buntiris
  10. Sungai Kebuyutan
  11. Sungai Sinung
  12. Sungai Tanjung
  13. Sungai Bancang
  14. Sungai Cisanggarung
  15. Sungai Cikeruh
  16. Sungai Erang
  17. Sungai Pedes
  18. Sungai Ciegelagah
  19. Sungai Cigunung
  20. Sungai Cilakart
  21. Sungai Ciraja
  22. Sungai Rambatanhttp://muhammadmuslih06.blogspot.com/2013/02/sejarah-ada-beberapa-pendapat-mengenai.html

tradisi tedhak siten

Tedhak Siten

                                                          Ritual Turun Tanah

Tedhak artinya turun atau menapakkan kaki, Siten dari kata siti artinya tanah atau bumi. Jadi tedhak siten berarti menapakkan kaki kebumi.Ritual tedhak siten menggambarkan persiapan seorang anak untuk menjalani kehidupan yang benar dan sukses dimasa mendatang, dengan berkah Gusti, Tuhan dan bimbingan orang tua dan para guru dari sejak masa kanak-kanak.

Upacara tedhak siten juga punya makna kedekatan anak manusia kepada Ibu Pertiwi, tanah airnya.

Dengan menjalani kehidupan yang baik dan benar dibumi ini dan sekaligus tetap merawat dan menyayangi bumi, maka kehidupan didunia terasa nyaman dan menyenangkan. Ini untuk mengingatkan bahwa bumi atau tanah telah memberikan banyak hal untuk menunjang kehidupan manusia. Tanpa ada bumi,  sulit dibayangkan bagaimana eksistensi kehidupan manusia , sang suksma yang berbadan halus dan kasar.

Manusia wajib bersyukur kepada Gusti, Tuhan , diberikan kehidupan yang memadai dibumi yang alamnya sangat kondusif, memungkinkan mahluk manusia dan mahluk-mahluk yang lain bermukim disini. Inilah kesempatan untuk berbuat yang sebaik-baiknya, berkarya nyata, tidak hanya untuk diri sendiri dan keluarganya, tetapi untuk peradaban seluruh umat manusia, yang semuanya adalah titah Gusti dan asal muasalnya dari tempat yang sama.

Hendaknya diingat bahwa tanah adalah salah satu elemen badan manusia dan yang tak terpisahkan dengan elemen-elemen yang lain, yaitu air, udara dan api, yang mendukung kiprah kehidupan suksma didunia ini, atas kehendak Gusti.


Kapan diadakan upacara tedhak siten?

Pada waktu seorang anak kecil berumur tujuh selapan atau 245 hari. .Selapan merupakan kombinasi hari tujuh menurut kalender internasional dan hari lima sesuai kalender Jawa.Oleh karena itu selapanan terjadi setiap 35 hari sekali. Bisa jatuh hari Senin Legi, Selasa Paing dst

Biasanya pelaksanaan upacara tedhak siten diadakan pagi hari dihalaman depan rumah.Selain kedua orang tua bocah, kakek nenek dan para pinisepuh merupakan tamu terhormat, disamping tentunya diundang juga para saudara dekat..

Seperti pada setiap upacara tradisional, mesti dilengkapi dengan sesaji yang sesuai.Bermacam sesaji yang ditata rapi, seperti beberapa macam bunga, herbal dan hasil bumi yang dirangkai cantik, menambah sakral dan marak suasana ritual.

Sesaji itu bukan takhayul, tetapi intinya bila diurai merupakan sebuah doa permohonan kepada Gusti, Tuhan, supaya upacara berjalan dengan selamat dan lancar. Juga  tujuan dari ritual tercapai, mendapatkan berkah Gusti.


Jalannya upacara
Pertama : Anak dituntun untuk berjalan maju dan menginjak bubur tujuh warna yang terbuat dari beras ketan. Warna-warna itu adalah : merah, putih, oranye, kuning, hijau, biru dan ungu.

Ini perlambang , anak mampu melewati berbagai rintangan dalam hidupnya. Strata kesadarannya juga selalu meningkat lebih tinggi. Dimulai dari kehidupan duniawi , untuk menunjang dan mengembangkan diri, terpenuhi kebutuhan raganya, kehidupan materinya cukup, raganya sehat, banyak keinginannya terpenuhi.Seiring pertumbuhan lahir, keperluan batin  meningkat ke kesadaran spiritual .
Kedua : Anak dituntun menaiki tangga yang terbuat dari batang tebu Arjuna, lalu turun lagi.Tebu merupakan akronim dari antebing kalbu, mantapnya kalbu, dengan tekad hati yang mantap.

Tebu Arjuna melambangkan supaya si anak bersikap seperti Arjuna, seorang yang berwatak satria dan bertanggung jawab. Selalu berbuat baik dan benar, membantu sesama dan kaum lemah, membela kebenaran, berbakti demi bangsa dan negara.
Ketiga : Turun dari tangga tebu, si anak  dituntun untuk berjalan dionggokan pasir.Disitu dia mengkais pasir dengan kakinya, bahasa Jawanya ceker-ceker, yang arti kiasannya adalah mencari makan. Maksudnya si anak setelah dewasa akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keempat : Si bocah dimasukkan kedalam sebuah kurungan yang dihias apik, didalamnya terdapat berbagai benda seperti : buku, perhiasan, telpon genggam dlsb. Dibiarkan bocah itu akan  memegang barang apa. Misalnya dia memegang buku, mungkin satu hari dia mau jadi ilmuwan.
Pegang telpon genggam, dia bisa jadi tehnisi atau ahli komunikasi.

Kurungan merupakan perlambang dunia nyata, jadi si anak memasuki dunia nyata dan dalam kehidupannya dia akan dipenuhi kebutuhannya melalui pekerjaan/aktivitas yang telah dipilihnya secara intuitif sejak kecil.

Kelima : Ayah dan kakek si bocah menyebar udik-udik, yaitu uang logam dicampur berbagai macam bunga. Maksudnya si anak sewaktu dewasa menjadi orang yang dermawan, suka menolong orang lain. Karena suka menberi, baik hati, dia juga akan mudah mendapatkan rejeki.

Ada juga  ibu si anak mengembannya, sambil ikut menyebarkan udik-udik.
Keenam : Kemudian anak tersebut dibersihkan dengan dibasuh atau dimandikan dengan air sritaman, yaitu air yang dicampuri bunga-bunga : melati, mawar, kenanga dan kantil.

Ini merupakan pengharapan , dalam kehidupannya, anak ini nantinya harum namanya dan bisa mengharumkan nama baik keluarganya.

cerkak 3

UDAN


Dekne natep mata kula sekedhap, nyekeli rambut teles sing nutupi rai kula, jentike nyekel lambe kula sing ngeter biru, sanget lembut, sanget nyaman saat kula mandeng matane, lajeng dekne nyingkirke  helai rambut basah sing nutupi parasku.
Sanget nyaman ku natep sendu matane, ia ngrangkul pundhaku, kaya ora pengin kula katisen, utawa derese udan sing nerpa kami, kini kula mulai ngrasakena secuil hantaran panas awaku, ngrasakake angete nafas sing ngembus ning kupingku,
 Ku rangkul erat tubuh iku, tubuh wong sing pas ning pelukan kula, tubuh salah sijining wong sing bisa gawe nyaman kula, ku tatep parase sing ayu kaya sumbadra, sanget luar biasa hebat kuasa gusti Allah sing wis nyiptakaken manungsa ayu kaya dekne, ia emang sempurna, ora ana celah kekirangan sing ana ning parase, lan kula ngrasa dadi menungsa sing beruntung sakdunia, amarga bisa karo kowe.
Tuhan, ijinke sekilas bayangane nyentuh kula meski sedhela, uga ben udan sing ngapus jejaku, tanpa gawa selembar memori, Tuhan apabila ana dina sawise kematian, kula korbanke wektu kanggo dekne, hembusan angin ing dina iku, mung dekne salahsijine wong sing berarti ning panguripanku.  
‘’ udan ora bakal mandheg “ celatune dekne mecahkena lamunan kula
‘’ ayoo kita mulih wae” celatuku karo mandeng parase sing pucet”
‘’ mas kuat, ora katisen,hehehe,” celatune karo ngguyu mesem”
‘’ ya mas kuat ko, lah kowe kuat ora, parasmu wis pucat kaya ngana,” celatuku karo menehi jaket kulitku marang awake dekne”
‘’ya mas, kula kuat ko,hehehe”
“ hayuuu kita mulih wae, kita mlayu ning etungan ketelu”
“ hayuuu mas, 1, 2, 3.
Kula nyekel keningku, dekne genggem tangan kula sing pucet, sontak kula natep haru parase sing ayu, kaget, saengga kula lali etungan iku, lan kula tembe sadar saat kula lan dekne mlayu bareng nantang derese udan, ninggalaken sepine halte bus.